Sunday 10th of November 2024
×

Apa Perbedaan Pengertian Ikhlas Secara Bahasa Dan Secara Istilah Agar Tidak Salah Tafsir

Apa Perbedaan Pengertian Ikhlas Secara Bahasa Dan Secara Istilah Agar Tidak Salah Tafsir

--

Ascomaxx Video - Artikel berikut ini adalah informasi mengenai apa itu perbedaan Ikhlas secara Bahasa dan istilah yang tidak boleh kamu lewatkan untuk menambah pengetahuanmu. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini agar tidak ketinggalan informasi pentingnya!

Pengertian Ikhlas Secara Bahasa dan Istilah

Ikhlas secara bahasa bermakna bersih, suci. Kata Ikhlas berasal dari bahasa arab berakar kata “kha-la-sha”, yang secara harfiah berarti bersih, murni, jernih.Secara istilah ikhlas diartikan  sebagai niat yang murni semata-mata mengharapkan penerimaan dari Tuhan dalam melakukan suatu perbuatan , tanpa menyekutukan Tuhan dengan yang lain.


Secara istilah ikhlas juga berarti menghambakan diri kepada Allah semata[1]mata hanya mengharapkan akan keridhaan-Nya (Mustafa, 2003).

Sementara ikhlas menurut Al-Imam Asy Syahid, sebagaimana dikutip oleh Ramadhan adalah sebuah sikap kejiwaan seorang muslim yang selalu berprinsip bahwa semua amal dan jihadnya karena Allah SWT. Hal itu ia lakukan demi meraih ridha dan kebaikan pahala-Nya, tanpa sedikitpun melihat pada prospek (keduniaan), derajat, pangkat, kedudukan, dan sebagainya.

Baca juga: Jelaskan Perbedaan Antara Imitasi dan Identifikasi, Penjelasan Lengkap dengan Contohnya Disini!

Arberry dalam bukunya Sufism An Account Of The Mystics Of Islam, mengatakan ikhlas (sincerity) that is, seeking only God in every act of obedience to Him(Al-Hadad, 2003).

Ikhlas adalah fondasi kesuksesan dan kemenangan dengan apa yang dibutuhkan di dunia dan akhirat. Bagi amal, ikhlas ibarat pondasi bagi sebuah bangunan, seperti kedudukan ruh bagi jasad, maka sebagaimana bangunan yang tidak dapat berdiri kokoh dan tidak dapat mengambil manfaat darinya kecuali dengan mengokohkan pondasinya dan menjaganya agar tidak rusak, demikian pula amal tanpa ikhlas, dan sebagaimana kehidupan jasad dengan ruh, maka kehidupan amal dan meraih hasil-hasilnya adalah dengan memegang dan menjatuhkannya dengan ikhlas. Seperti firman Allah dalam QS. At-Taubah: 109 yang berbunyi:

اَفَمَنْ اَسَّسَ بُنْيَانَهٗ عَلٰى تَقْوٰى مِنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ اَمْ مَّنْ اَسَّسَ بُنْيَانَهٗ عَلٰى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهٖ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ١٠٩

Artinya: Maka Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan Dia ke dalam neraka Jahannam. dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim.Jalaluddin al-Mahalli dan jalaluddin as-Suyuthi (2015) menafsirkan, Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa) karena takut (kepada Allah dan) selalu mengharapkan (keridaan)-Nya itu (yang lebih baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunanya di tepi) dapat dibaca jurufin dan dapat pula dibaca jurufin, artinya di pinggir (jurang) yakni hampir roboh (lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia).

 

Sumber:

UPDATE TERBARU